MEREKA YANG TELAH MERASAKAN “ANUGERAH MENJADI PELAYAN-NYA”
MEREKA YANG TELAH MERASAKAN
“ANUGERAH MENJADI PELAYAN-NYA”
(Pnt. Antonius Ketut)
Pembaca setia Paideia GKI Perumahan Citra 1 yang dikasihi Tuhan.
Bulan ini, kembali kita memasuki bulan pemilihan calon penatua. Sebagai wujud tanggung jawab kita selaku warga gereja, kita mendapat mandat untuk memilih di antara umat untuk melayani dalam jabatan penatua, sama seperti halnya Kristus sebagai Kepala Gereja sepanjang zaman memanggil setiap orang percaya untuk melayani gereja dalam melaksanakan misi gereja dengan mewujudkan persekutuan dan melaksanakan kesaksian dan pelayanan dalam konteks masyarakat, bangsa, dan negara di mana gereja berada, agar terwujud keesaan gereja dan kesejahteraan umat manusia, yaitu keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan.
Pada awalnya, Panitia Pencalonan Penatua (P3) sepakat untuk meminta kesediaan para penatua yang memiliki masa jabatan tahun ke-1 periode ke-1 untuk membagikan perenungan mereka mengenai apa yang telah dialami selama menjadi penatua. Kami pun merangkumnya sebelum disajikan dalam Paideia. Namun, setelah membaca apa yang mereka sampaikan, kami merasakan bahwa tidak ada yang sanggup untuk merangkumnya karena pengalaman pribadi ini dialami secara langsung oleh rekan-rekan penatua ini. Tentunya, hal itu sangat memberkati bagi yang membacanya. Untuk itu, kami akan menyampaikan kepada para pembaca secara utuh sehingga kami berharap pembaca juga akan mengalami sukacita dan anugerah menjadi pelayan-Nya, seperti yang dialami oleh para penatua ini.
Selamat membaca dan merenungkannya. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita dalam memahami kebenaran-Nya. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Pnt. Alfrest Zacharias
Melayani sebagai penatua pada masa Tatanan Baru (New Normal) sangat jauh berbeda jika dibandingkan saat sebelum pandemi berlangsung. Semua unsur berbicara masalah prokes dan pelaksanaannya hingga membuat seolah-olah ada batasan antara yang dilayani dengan yang melayani. Namun, pada saat inilah sangat dirasakan pelayanan itu sangat dibutuhkan karena banyak orang yang masih pikir-pikir, nanti ini nanti itu. Bahkan, belum lagi bicara soal mengubah kebiasaan online menjadi ke kondisi on site. Inilah sebabnya mengapa pelayanan itu begitu penting. Salah satunya, sebagai penatua.
Pnt. Eni Reyn
Selama lima bulan menjadi penatua, saya merasakan begitu baiknya Tuhan dalam hidup saya. Dia menolong saya dalam menguatkan, menyertai, dan memperlengkapi diri saya dalam melayani-Nya. Tuhan memperlengkapi saya melalui Firman-Nya, yaitu dalam 2 Timotius 4: 2 "Beritakanlah Firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran". Dia mengingatkan saya untuk hidup melayani Tuhan. Saya juga sangat bersyukur karena Tuhan memperlengkapi saya melalui dukungan keluarga dan rekan-rekan penatua, termasuk ketika saya melayani sebagai penatua pendamping Komisi Remaja.
Pnt. Livy Fusta
Merupakan suatu kesempatan yang istimewa untuk dapat melayani sebagai salah satu penatua di GKI Perumahan Citra 1. Tahun ini adalah tahun pertama saya mendampingi generasi muda di Komisi Pemuda.
Banyak hal yang terjadi dalam kurun waktu beberapa bulan sejak saya dan rekan-rekan penatua lain ditahbiskan. Kami berduka karena beberapa orang telah meninggalkan gereja dan bersuka karena orang baru telah bergabung dengan gereja. Kami harus membuat keputusan sulit dan keputusan mudah.
Saat saya mulai melayani dengan tanggung jawab jabatan ini, saya semakin menyadari bahwa iman yang kita miliki memiliki dampak dan mungkin turut berkontribusi pada iman sesama. Keterlibatan dalam pelayanan sejak usia muda membuat saya mengenal diri sendiri lebih baik. Bahkan, pengalaman tersebut memiliki pengaruh yang sangat kuat dan menyenangkan. Semangat seperti ini yang saya lihat dan rasakan ketika melayani bersama rekan-rekan pemuda. Semoga setiap bagian dari pelayanan dan kegiatan yang dilakukan terus diarahkan untuk mengajak, khususnya generasi muda, dalam mengenal, mencintai, dan mengikuti Tuhan Yesus.
Pnt. Rismuli Silaban
Waktu ditugaskan di bidang persekutuan, yang terbayang adalah ibadah tiap minggu dan persiapannya. Tidak terbayang kalau aktivitas rutin itu begitu banyak “printilan” yang harus diperhatikan dan faktor yang harus dipertimbangkan. Pas ikut PMJ, makin banyak lagi dari bidang lain yang juga perlu diperhatikan. So overwhelming pada awalnya.
Walau menyita perhatian yang banyak, rasanya senang karena bisa melayani lebih luas dan tidak hanya terbatas pada area Komisi Musik yang menjadi area pelayanan sebelumnya. Mengetahui begitu beragamnya kebutuhan dan pergumulan umat yang beribadah di GKI Perumahan Citra 1 dan bisa ikut terlibat dalam mencari solusi, ternyata itu very rewarding. Sungguh bersyukur diberi kesempatan dan diperlengkapi oleh Sang Pemilik gereja untuk terlibat menjadi penatua. Kiranya yang dikerjakan sebagai penatua dapat menjadi persembahan yang harum di hadapan Tuhan dan menjadi berkat bagi umat GKI Perumahan Citra 1.
Pnt. Rubin Sarwo Nugroho
PENATUA. Bagi saya, itu merupakan jabatan gerejawi yang cukup berat dan memerlukan komitmen serta tanggung jawab yang besar. Ditambah lagi, dengan pengalaman masa kecil saya ketika saya merasakan Papa lebih banyak waktunya di gereja daripada bersama kami anak-anaknya, termasuk dari pengalaman terdahulu ketika saya menjadi penatua.
Mungkin, secara manusiawi, jika ada yang meminta kesediaan saya menjadi penatua, jawaban saya 90% adalah “Tidak/Belum Bersedia”. Saya akan berusaha untuk mencari berbagai alasan untuk menolaknya. Akan tetapi, saya sendiri heran kenapa waktu tahun lalu saya diminta untuk melayani sebagai penatua yang keluar adalah jawaban yang 10%, yaitu saya “Bersedia”. Padahal, jujur waktu itu sebenarnya saya sedang kecewa dengan Tuhan (Bahasa jawanya = ngambek). Hal itu terjadi karena setahun seblumnya Cie Cie (kakak perempuan) saya meninggal karena Cancer. Saya sangat kecewa, mengapa Tuhan tidak memberikan kesembuhan kepada Cie-Cie saya, padahal dia orang yang baik dan anak-anaknya pun masih membutuhkan kasih sayangnya. Ditambah lagi, dia meninggal di Singapura. Memegang atau mendampingi Cie Cie saya untuk terakhir kalinya pun saya tidak bisa karena adanya Pandemi Covid-19 yang ketika itu jika hendak bepergian ke sana memerlukan persyaratan yang sangat ketat.
Anehnya waktu itu, ketika Cie-Cie saya sakit, saya sempat bernazar. Jika sampai Cie Cie saya sembuh, saya akan bersedia kalau memang Tuhan memilih saya melayani-Nya sebagai penatua karena memang sudah beberapa kali saya dilawat untuk menjadi penatua. Namun, saya selalu menolaknya. Ternyata, Cie-Cie saya tidak sembuh dan Tuhan memanggilnya sehingga jujur saat tiba-tiba ada penatua yang menelpon saya mau melawat, saya kok sepertinya Tuhan nantangin saya. Saya merasa bahwa ini benar-benar merupakan sebuah ujian bagi saya. Sebenarnya, saya ingin menolaknya, tetapi Firman Tuhan dalam Ayub 2: 10 selalu terngiang dalam pikiran saya, “Apakah Kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”
Saya merasa ini benar-benar ujian bagi saya. Apakah saya akan melupakan kebaikan dan penyertaan Tuhan kepada saya dan keluarga saya hanya karena peristiwa kematian, yang memang setiap orang akan mengalaminya? Maka, setelah saya menggumulinya dan meminta pendapat dari anak dan istri saya, ternyata mereka mendukung. Lalu, saya memutuskan untuk menerima panggilan pelayanan sebagai penatua. Meskipun menurut saya cukup berat buat saya apalagi berkaitan dengan cara membagi “waktu” karena saya bekerja dari Senin sampai Sabtu, biasa waktu untuk keluarga adalah pada hari Minggu, tetapi sekarang harus berbagi dengan kegiatan pelayanan saya sebagai penatua. Namun, satu yang saya percaya dan yakini adalah “kalau Tuhan memberikan kita tugas atau menempatkan kita dalam suatu posisi, Tuhan pasti akan memberikan kemampuan kepada kita untuk menjalankan tugas dan pelayanan kita”.
Kiranya Roh Kudus memampukan saya untuk menjalankan tugas dan pelayanan saya.
Pnt. Silvana Tumiwa
Ada ungkapan bahwa jadi penatua itu repot, banyak rapatnya, nggak bisa jalan-jalan kalau hari Minggu karena harus bertugas dalam kebaktian, belum lagi tugas dobel-dobel, tanggung jawabnya banyak, mengurusi ini dan itu, dan lain-lain. Belum lagi harus menjaga sikap hidup kita karena akan menjadi perhatian banyak orang, baik Jemaat, keluarga, maupun masyarakat di lingkungan sekitar kita.
Memang harus disadari bahwa ketika kita sudah berkomitmen untuk menjabat sesuatu, tentunya kita akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar dan akan ada hal-hal yang harus kita korbankan, termasuk sebagai penatua. Ketika rekan-rekan kita sedang asyik pergi jalan-jalan atau lagi santai, kita malah sibuk rapat bersama para penatua yang lain. Belum lagi harus menyusun laporan evaluasi, program dan lain-lain. Itulah konsekuensinya.
Ini pelayanan tahun pertama saya sebagai penatua. Walaupun sebelumnya saya sudah terlibat aktif selama bertahun-tahun di Komisi Anak, tetapi tugas dan tanggung jawabnya sangat berbeda. Saya diwajibkan mempelajari Tata Gereja & Tata Laksana GKI, tugas dan aturan dalam setiap ibadah, juga mempelajari tugas saya di bidang Kespel (Kesaksian & Pelayanan).
Tugas saya di bidang Kespel adalah koordinator (PIC) untuk Agenda Oikumene Gerejawi dengan Mata Program Bantuan Dana. Selain itu, ada juga untuk Oikumene Kemasyarakatan Pendidikan dengan Mata Program Bantuan Dana OTA dan Kelompok Belajar Suara Anak Bangsa, atau lebih dikenal dengan istilah PAUD.
Karena tugas dan tanggung jawab saya berurusan dengan keuangan, saya sangat berhati-hati, teliti, dan detail dalam menjalankan tugas ini. Saya harus bijak mengatur waktu antara bekerja di kantor dengan waktu yang ketat dan tugas pelayanan di gereja. Apalagi pada masa pandemi ini, segala kegiatan atau aktivitas harus memperhatikan aturan protokol kesehatan.
Setiap kali saya merasa lelah, jenuh, mumet, dan mungkin kadang-kadang emosi juga karena pelayanan ini berhubungan dengan banyak orang dengan berbagai karakter dan latar belakang, saya mengingat kembali kasih Tuhan yang begitu besar dalam hidup saya.
Kuncinya adalah fokus pada Tuhan, selalu mengucap syukur, percaya dan menyerahkan hidup kita dalam tuntunan dan kendali Tuhan.
Kiranya Tuhan senantiasa menolong kita dalam setiap langkah hidup ini dan semuanya hanya untuk kemuliaan nama-Nya.