HOMELEARNING DI KALA COVID-19

HOMELEARNING DI KALA COVID-19

“COVID-19 will reshape our world. We do not know yet when the crisis will end.

But we can be sure that by the time it does, our world will look very different.” -Josep Borrell

European Union Minister for Foreign Affairs

 

Pandemi Covid-19 benar-benar mengubah banyak pola hidup dan tatanan sosial dalam kehidupan kita, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan dan sekolah. Untuk melakukan social distancing dan menghambat penularan virus Covid-19, ratusan ribu sekolah menutup aktivitas tatap muka belajar-mengajar mereka dan mengubahnya menjadi sekolah virtual. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan pola belajar dari pertemuan tatap muka menjadi pertemuan virtual membutuhkan kesiapan mental para peserta didik. Peserta didik akan mengalami dampak psikologis, yang dapat dikelompokkan berdasarkan usia anak peserta didik: 0-2 tahun, 3-10 tahun, dan 11 tahun ke atas.

lochside.aberdeen.sch.uk

Usia 0-2 tahun

Anak dalam kelompok usia ini belum pernah mengenyam pendidikan tatap muka. Sekolah virtual akan menjadi satu-satunya pengalaman bersekolah yang dimiliki oleh anak-anak dalam kelompok usia ini hingga pandemi Covid-19 berakhir dan sekolah sudah boleh melanjutkan aktivitas belajar-mengajar tatap muka. Dapat dikatakan bahwa perubahan sekolah dengan sistem tatap muka menjadi sekolah virtual tidak memiliki dampak psikologis terhadap mereka. Akan tetapi, hal ini juga berarti mereka belum pernah melatih social skills untuk berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka. Hal ini dapat dikatakan krusial, terutama bagi mereka yang tidak memiliki saudara yang tinggal serumah. Dalam hal ini, peranan orang tua sangat penting untuk melatih mereka bersosialisasi dengan teman-teman sebaya mereka, misalnya dengan mendorong anak untuk lebih banyak berbicara dan berteman dengan saudara mereka dengan usia sebaya, baik secara virtual maupun tatap muka. Sekolah virtual yang mengadakan sesi berbincang antarmurid selepas membahas pelajaran juga bisa menjadi pilihan yang baik.

Usia 3-10 tahun

Anak dalam kelompok usia ini sudah pernah merasakan pendidikan tatap muka. Oleh sebab itu, mereka akan memiliki sedikit dampak psikologis ketika harus beralih ke sekolah virtual. Rasa bosan dan kesepian mungkin menimpa anak karena biasanya pada jam-jam sekolah mereka dikelilingi dengan teman-teman sebaya, terutama bagi anak yang senang berkomunikasi dengan orang lain. Dalam hal ini, penting bagi orang tua untuk meluangkan waktu cukup banyak bagi anak dan menyadari kebutuhan anak mereka untuk berinteraksi dengan orang tua. Di samping itu, usia 3-10 tahun adalah usia yang paling prima bagi anak untuk membentuk pola pikir dan cara belajar anak. Ini adalah kesempatan yang baik bagi orang tua untuk mengenal anak secara lebih mendalam. Penanaman nilai-nilai rohani dan pengajaran tentang pola berperilaku yang baik juga akan sangat membantu bagi anak-anak di usia ini.

 seewhatgrows.com

Usia 11 tahun ke atas

Sama dengan kelompok usia sebelumnya, anak-anak dalam kelompok usia 11-16 tahun juga akan merasakan kesulitan dan ketidaknyamanan dalam menghadapi sekolah virtual yang dampaknya lebih besar dibanding kelompok usia lainnya. Dalam usia ini, metode belajar dan pola pikir anak sudah terbentuk. Begitu pula dengan social circlesmereka. Tidaklah mengherankan apabila peserta didik dalam kelompok usia ini sedikit kehilangan minat belajar mereka dan mungkin merasa punya lebih banyak “waktu luang” yang bisa mereka habiskan sesuka mereka. Peran orang tua untuk mengawasi dan membimbing peserta didik untuk menjadi orang yang bertanggung jawab menjadi sangat penting. Keterbukaan orang tua untuk berdiskusi sebagai seorang teman akan menjadi sesuatu yang sangat diapresiasi oleh anak-anak dalam usia ini. 

Di tengah pandemi Covid-19 yang banyak menghantarkan duka dan kesulitan, pandemi ini juga mendatangkan waktu yang baik bagi para keluarga untuk merajut kembali tali hubungan yang selama ini mungkin rapuh diterjang kesibukan dan hiruk-pikuk kehidupan. Melalui social distancing dan sekolah virtual, banyak waktu yang dapat dimanfaatkan orang tua untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai moral dan kekristenan di dalam diri anak-anak. Marilah kita belajar untuk melihat pandemi ini melalui kacamata yang lebih positif dan menggunakan waktu kita sebaik-baiknya dalam menjalin relasi kita, baik dengan Tuhan, dengan keluarga, maupun dengan sesama.

Steffie

 

________

*ilustrasi cover : sciencenewsforstudents.org

Berita Terkait
Komentar
Tinggalkan Komentar