DUNIA PENDIDIKAN DALAM ERA DIGITAL

DUNIA PENDIDIKAN DALAM ERA DIGITAL

Era digital yang ada saat ini terkait erat dengan istilah Revolusi Industri 4.0. Apakah yang dimaksud dengan Revolusi Industri 4.0? Jika ada versi 4.0 tentunya ada versi-versi sebelumnya, bukan? Dalam penjelasan yang sederhana, Revolusi Industri bisa diartikan dengan perubahan besar dan radikal terhadap cara manusia memproduksi suatu barang. Perubahan besar ini memang sudah terjadi sebanyak tiga kali dan saat ini kita sedang mengalami revolusi industri yang keempat. Dalam setiap revolusi industri memang banyak perubahan besar yang terjadi seperti yang tertulis di bawah ini:

1.    Revolusi Industri 1.0

Penggunaan mesin uap menggantikan tenaga manusia, tenaga air, dan tenaga angin untuk menggerakkan mesin. Mesin uap yang ditemukan oleh James Watt tahun 1776 mengubah kehidupan manusia pada era itu. Kehadiran mesin uap ini bisa mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya manusia.

2.    Revolusi Industri 2.0

Di sini, mesin uap mulai digantikan oleh tenaga listrik dan mulai diperkenalkan konsep ban berjalan dan assembly line, yaitu proses produksi diubah dari secara paralel −satu orang mengerjakan tugas dari A sampai Z− menjadi secara serial −masing-masing tugas yang berbeda dikerjakan oleh orang yang berbeda− sehingga proses produksi menjadi semakin cepat dan efisien. Sebagai contoh, dalam industri otomotif kala itu, jika sebelumnya diperlukan waktu sekitar 12 jam untuk merakit 1 mobil Ford, dengan penerapan konsep ban berjalan dan assembly line hanya dibutuhkan waktu 95 menit saja! Tentunya, ini merupakan suatu breakthrough dan hal ini akan mengurangi kelangkaan waktu.

3.    Revolusi Industri 3.0

Merupakan titik awal dimulainya era komputerisasi. Komputer dan robot mulai menggantikan berbagai peran yang semula masih dilakukan oleh manusia. Meskipun seiring berjalannya waktu tetap dirasakan bahwa kolaborasi antara manusia dan komputer adalah skenario yang terbaik. Dalam era ini pula dimulainya perubahan data dari bentuk analog menjadi digital. Kaset digantikan oleh CD dan video VHS digantikan oleh DVD merupakan beberapa perubahan nyata yang terjadi dan mengubah gaya hidup masyarakat saat itu.

4.    Revolusi Industri 4.0

Pertama kali diperkenalkan pada tahun 2011. Ada beberapa aspek yang terkait erat dalam revolusi industri ini,yaitu: 

·       Internet of Things: semua perangkat yang kita gunakan tersambung ke jaringan internet.

·       Big Data: kemampuan untuk mengumpulkan berbagai macam data.

·       Cloud Computing: berbagai macam data bisa diakses dari satu tempat.

·   Machine Learning/Artificial Intelligence: sebuah mesin yang memiliki kemampuan untuk belajar, menyadari kesalahannya, dan sanggup melakukan perbaikan. 

Dunia pendidikan tentunya juga tidak dapat menghindar dari arus digitalisasi, termasuk juga Revolusi Industri 4.0. Hal ini pun tentunya yang menjadi salah satu alasan dari Presiden Jokowi saat pembentukan Kabinet Indonesia Maju, yakni ketika Nadiem Makarim didaulat sebagai Menteri Pendidikan Republik Indonesia. Tentunya, keputusan Jokowi ini berdasarkan pertimbangan yang matang. Bahkan, melihat realitas yang terjadi saat ini, digitalisasi pendidikan sudah merupakan prioritas yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Nadiem Makarim merupakan pendiri Go-Jek, sebuah perusahaan start up berbasis digital yang berhasil mengubah pola hidup sebagian besar −jika tidak bisa dibilang seluruh masyarakat Indonesia− dari konsep tradisional menjadi digital. Presiden Jokowi tentunya berharap keberhasilan dari Go-Jek ini juga bisa diaplikasikan dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Digitalisasi pendidikan adalah sebuah proses penerapan dan pemanfaatan teknologi digital dalam aspek belajarmengajar, mulai dari sistem pendidikan, kurikulum, hingga perangkat pendukungnya. Tentunya, digitalisasi pendidikan ini bertujuan untuk memberikan kemudahan, baik bagi tenaga pengajar (pelaku pendidikan) maupun siswa (peserta didik) dalam proses belajar mengajar. Untuk bisa mencapai semua itu, tantangan dalam Revolusi Industri 4.0 juga mesti dapat diantisipasi.

Banyak hal yang harus diubah dalam hal digitalisasi pendidikan, termasuk perubahan dalam metode pembelajaran, antara lain sebagai berikut:

1.     Student-Centered Learning

Metode pembelajaran yang terpusat pada siswa, yaitu siswa (peserta didik) secara aktif mencari informasi, sedangkan guru (tenaga pengajar) hanya berperan sebagai fasilitator saja. Diharapkan dengan metode ini motivasi belajar dan tanggung jawab peserta didik akan semakin meningkat.

2.     Collaborative Learning

Dalam situasi yang semuanya serba “interconnected”, kolaborasi menjadi sebuah hal yang penting karena kita tidak bisa hidup sendiri. Atau dengan kata lain akan selalu terhubung dengan orang lain, baik dalam lingkup regional maupun dunia.

3.    Meaningful Learning

Tenaga pengajar pun perlu membantu peserta didik untuk dapat memahami aspek apa yang memberikan manfaat dan makna dalam aspek keseharian mereka. Pelajaran tidak memiliki makna dan tujuan jika tidak berdampak bagi kehidupan siswa di luar sekolah.

 4.    Community Integration

Dengan didukung oleh teknologi yang ada saat ini, peserta didik bisa melakukan banyak hal, tidak hanya dalam lingkup sekolah, melainkan juga dalam komunitas yang lebih luas, baik itu masyarakat maupun dunia. Institusi pendidikan perlu membentuk siswa agar menjadi anggota komunitas (warga) yang bertanggung jawab dan mampu berkontribusi secara positif.

Berbicara mengenai aspek pendidikan, paling tidak ada 5 (lima) buah stakeholders yang saling terkait, yaitu: 

1.     negara

2.     institusi pendidikan

3.     peserta didik

4.     orang tua

5.     masyarakat.

Kesimpulannya, seluruh stakeholders ini harus saling bahu-membahu untuk memastikan agar proses transformasi dunia pendidikan ke era digital bisa berjalan dengan baik. Negara harus membuat aturan-aturan yang mendukung digitalisasi pendidikan. Secara umum, Indonesia bisa dibilang terlambat dibandingkan dengan negara lain, seperti Singapura atau Malaysia. Indonesia baru memperkenalkan pendidikan 4.0 ini pada tahun 2018. Meskipun terlambat, tapi dengan kerja keras dan dukungan dari semua pihak diharapkan Indonesia bisa mengejar ketertinggalan dalam aspek digitalisasi pendidikan ini. Institusi pendidikan juga harus berupaya menyiapkan diri, baik dari aspek tenaga pengajar yang harus meningkatkan kompetensi dan keterampilan maupun dukungan infrastruktur agar pemanfaatan teknologi dalam proses belajar-mengajar bisa berjalan secara optimal. Tenaga pengajar pun harus mampu mengarahkan peserta didik yang merupakan generasi milenial yang sangat fasih dengan teknologi digital agar mampu memanfaatkan aspek digital ini secara positif dan menghindari berbagai dampak negatif yang timbul dari era digitalisasi ini. Tidak kalah pentingnya juga adalah dukungan dari orang tua murid dan masyarakat secara umum agar proses digitalisasi ini disikapi secara positif karena suka atau tidak suka digitalisasi pendidikan adalah sebuah keniscayaan yang harus disiapkan jika kita ingin generasi penerus bangsa ini memiliki daya saing yang kuat.

 

Stephen Kurniawan

 

 

 

*ilustrasi : medium.com & forbes.com

Berita Terkait
Komentar
Tinggalkan Komentar