COVID 19, KAWAN ATAU LAWAN?

COVID 19, KAWAN ATAU LAWAN?

Apa kabar semuanya? Tidak terasa, tahun 2020 sudah di pertengahan umurnya. 

Saya jadi teringat, ketika ada pribadi yang mengatakan di dalam doanya, “… walaupun ada banyak yang mengatakan tahun 2020 akan menjadi tahun yang sulit, tetapi biarlah Tuhan selalu beserta kita.” Awalnya, saya menganggap perkataan tersebut biasa saja dan tidak sadar bahwa tidak ada yang mengatakan hal itu pada tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, kalimat itu malah menjadi sebuah kalimat profetik bagi seluruh masyarakat dunia. Di awal tahun saja, dibuka dengan bencana lokal dan diikuti dengan berbagai bencana alam lain yang terjadi di semua belahan dunia. Walaupun di tahun sebelumnya ada, tetapi pada tahun 2020 semua jadi disangkutpautkan alias “cocoklogi”. 

Selain itu, pada awal tahun ini juga, kita mendengar adanya virus baru muncul di Wuhan, China. Tidak disangka, dalam kurun waktu dua bulan, dia “mampir” ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, dengan pesat dan masif. Ya, tidak ada yang terluput dari “tamasya” si Covid-19. Salah satu jalan terbaik yang dapat dilakukan pemerintah untuk menekan angka “tamasya” si Covid-19 ini adalah dengan melakukan penutupan penuh wilayah yang dilakukan serentak yang awalnya dilakukan China dan diikuti oleh hampir seluruh negara, dan lagi-lagi termasuk Indonesia.

Melihat dari sisi personalitas, saya maupun teman-teman saya yang dapat dibagi menjadi Geng Introvert dan Geng Ekstrovert, tentunya akan sangat berbeda dalam menanggapi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan pemerintah-pemerintah daerah, termasuk Jakarta, mulai akhir Maret lalu. Bagi Geng Inntrovert, hal ini merupakan sebuah anugerah terindah karena kami tidak perlu banyak bersosialisasi di kantor, di tempat umum, dan sebagainya. Tidak terlalu sulit juga bagi kami untuk menghabiskan waktu di rumah karena itulah hal yang kami lakukan jika tidak harus ke luar rumah. Mulai dari membaca buku, mengerjakan pekerjaan rumah, bangun lebih siang, olahraga, dsb. Cara bersosialisasi kami bisa melalui sosial media yang ada. Saya sendiri tidak merasa kesulitan atau jenuh karena sepanjang bulan berada di rumah. Satu hal yang cukup menjadi tantangan adalah berinteraksi selama sehari penuh, sebulan, dua bulan dengan warga di dalam rumah alias keluarga. Mengapa? Karena semakin sering kami bertemu, bukankah semakin besar keributan yang mungkin muncul? Namun, Puji Tuhan hal ini bisa kami lalui dengan baik. 

Akan tetapi, lain lagi halnya dengan teman-teman saya dari Geng Ekstrovert. Kelompok yang senang bersosialisasi, berkumpul, bersenda-gurau dan menghabiskan waktu bersama orang lain sekarang harus mendekam di dalam rumah untuk waktu yang tidak ditentukan. Tentu saja, mereka sangat “bawel” di media sosial mengatakan tidak betah dikurung dalam rumah. Bosan dengan kesendirian dan tidak betah merantau dari kebisingan dan hingar bingar tempat-tempat umum. Istilahnya, mereka memperoleh asupan energi dari bersosialisasi dan lain hal dengan geng introvert dimana mereka mengisi “makanan jiwa” dari kesendirian dan keadaan tenang. 

Seiring dengan berjalannya waktu, kami bisa mengerti dan menikmati keadaan terbalik ini. Saya jadi sadar bahwa semua butuh proses. Geng Introvert mulai rindu dengan kebisingan tempat umum, senda-gurau teman sekantor, berbagi cerita secara langsung dengan orang lain, merenungkan kehidupan ketika melihat mereka yang bekerja di jalanan hingga rindu untuk sedikit menjauh dari kotak kubus rumah mereka. Sebaliknya, Geng Ekstrovert mulai belajar untuk menikmati kesendiriannya, merekfleksikan hidup mereka, bersosialisasi dengan warga rumah dan tetangga, belajar merawat rumah dan kamar mereka yang mungkin selama ini berantakan dan terlebih lagi rindu akan diri mereka sendiri, sosok yang gemar berinteraksi. 

Bagi kedua geng ini, Covid 19 dapat menjadi kawan dan juga menjadi lawan. Walaupun kalau boleh memilih, pasti tidak ada dari kami yang mengharapkan adanya si virus ini. Namun, kami tetap dapat memetik sesuatu yang bisa dipelajari dan berharga bagi kehidupan kami. Kami sama-sama merindukan kehidupan yang normal, tanpa keraguan, tanpa khawatir, dan tanpa ketakutan terjangkit Covid-19.

Akhir kata, jadikan Covid-19 sebagai lawanmu dengan rajin berolahraga, memiliki pola makan yang sehat, minum vitamin, menjaga kebersihan diri, dan mengikuti petunjuk kesehatan yang ada. Di sisi lain, jadikan dia sebagai kawanmu yang memberikan kamu waktu untuk beristirahat sejenak dari kesibukan, membuka jalan baru bagi bakat-bakat terpendammu, mendekatkanmu dengan keluargamu dan membuatmu lebih menghargai akan segala hal yang telah kamu peroleh hingga saat ini. Kiranya kita semua diberikan kekuatan dan kesehatan sampai hari ketika kita bisa mengucapkan, “Selamat tinggal Covid-19!” 

 

Tuhan menyertai kita semua.

Janice Angelica L.

 

 

 

ilustrasi : jawapos.com

Berita Terkait
Komentar
Tinggalkan Komentar