KRISIS DI TENGAH PANDEMI - AAN SUPRIHATINI

KRISIS DI TENGAH PANDEMI - AAN SUPRIHATINI

Ibu Suprihatin Andoko ‒Ibu Aan panggilan akrabnya‒ yang kita kenal sebagai guru Sekolah Minggu dan Paud merupakan salah satu dari jemaat GKI Perumahan Citra 1 yang pernah merasakan takut, khawatir, dan sedih melihat beberapa teman terpapar Covid-19 hingga ada yang meninggal dunia. Ketakutan semakin terasa jika hasil Rapid Test dinyatakan positip. Belum lagi jika ditambah dengan kehilangan pekerjaan sebagai guru les. Bahkan, kedua anak Ibu Aan mengalami hal yang sama juga, kehilangan pekerjaan. Ibarat dalam pepatah Bahasa Indonesia “Sudah jatuh tertimpa tangga.” 

Di tengah rasa takutnya itu, Ibu Aan lalu mengingat bahwa dia pernah mengalami hal yang sama sekitar 6 tahun yang lalu. Saat itu, Dian ‒anak pertama Ibu Aan‒ sakit. Dalam kondisi yang hampir mirip, saat itu pun Ibu Aan sedang tidak memiliki perkerjaan tetap. Namun, dia bersyukur Tuhan selalu memelihara keluarganya. Dari apa yang pernah dialaminya, dia semakin merasakan karakter Allah yang selalu mengasihi anak-anak-Nya yang setia kepada-Nya.

          

Dari kondisi ketakutan dan kekhawatiran itu, cara pandang Ibu Aan pun berubah. Dia tidak mau terus-menerus tenggelam dalam ketakutan. Dia memahami bahwa kita memang tidak bisa mengubah keadaan. Namun, kita bisa mengubah pola pikir: bagaimana kita harus mampu menjalani hidup ini? Tuhan memberikan hikmat melalui Dian yang teringat untuk memulai jualan masakan daging rawon. Dian merenung, bukankah selama ini teman-temannya banyak yang menyukai masakan rawon Ibu Aan? Lalu, dimulailah menawarkan masakan rawon ke beberapa orang teman dekatnya. Singkat cerita, dengan semakin bertambah banyaknya jumlah pelanggan, lama-kelamaan, menu pun bertambah: ada sop iga sapi, ngohiong, ayam pedas dan beberapa jenis masakan lainnya yang rasanya sangat lezat hingga memunculkan berberapa langganan tetap catering Ibu Aan. Luar biasanya, semua itu dikerjakan oleh Ibu Aan sendirian. Dari pukul 06.00 pagi dia mulai bekerja. Ibu Aan setiap pagi belanja ke pasar lalu memasak untuk cateringmenu siang dan sore. Tuhan sungguh sangat baik. Ibu Aan selalu diberikan kesehatan. Tidak hanya itu saja, Dian, anaknya juga sudah mulai usaha berjualan masker lewat online. Bahkan, di sela-sela waktu kosongnya, Ibu Aan masih menyempatkan diri untuk mengajar karena saat ini sudah ada 4 orang murid yang mendaftar untuk ikut les kembali.

Sebagaimana setiap orang di dunia ini, Ibu Aan pun sangat berharap pandemi ini cepat berlalu. Dalam kerinduannya, dia ingin kembali beribadah di gereja seperti semula. Kembali bertemu anak-anak Sekolah Minggu dan Paud. Dia merasakan kangen yang luar biasa untuk dapat mengajar anak-anak itu. 

Ibu Aan berpesan, kepada teman-teman yang sedang mengalami kesulitan ekonomi ataupun sedang sakit pada masa pandemi ini, tetaplah berpola pikir baik: yakinlah akan karakter Allah yang penuh kasih dan selalu menjaga kita, seperti tercantum dalam kitab Yesaya 41: 10.

 

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau. 

Janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu. 

Aku akan meneguhkan engkau, bahkan akan menolong engkau, 

Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.”

 

Tuhan memberkati.

 Liana Tantri

 

_____

ilustrasi : Thinkstocks dilansir dari Kompas.com

Berita Terkait