PENYERTAAN SANG GEMBALA  DI TENGAH KEKELAMAN HIDUP

PENYERTAAN SANG GEMBALA DI TENGAH KEKELAMAN HIDUP

Di tengah pandemi saat ini, tiba-tiba pada pertengahan April 2021, kita dikejutkan dengan berita dan video tentang penyelenggaraan upacara keagamaan yang dilakukan oleh sekitar 900.000 orang di tepi Sungai Gangga India. Acara itu diduga menjadi “super spreader” tsunami Covid-19 di India dan diduga sebagai awal munculnya varian baru Covid-19 (varian Delta). Kita yang membaca dan menyaksikan video-video yang beredar di dunia maya mungkin membayangkan bahwa itu terjadi jauh dari Indonesia. Namun, siapa sangka, hanya dalam waktu singkat (lebih kurang 2 bulan), pada akhir Mei 2021, virus Covid-19 varian Delta ini sudah tiba di Indonesia dan menyebar dengan sangat cepat. 

Kompas.com

Kompas.com pada 15 Juli 2021 menyebutkan bahwa hampir 100% penularan Covid-19 yang terjadi di Jakarta disebabkan oleh varian Delta. Jumlah pasien meningkat tajam dan rumah-rumah sakitpun penuh. Begitu cepat dan masifnya penularan varian ini sehingga pemerintah terpaksa menerapkan Perlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sejak tanggal 3–20 Juli 2021, yang dilanjutkan dengan tahap kedua hingga Minggu, 25 Juli 2021.

Tentu kita semua juga merasakan begitu cepatnya penyebaran virus Covid-19 saat ini. Tiba-tiba saja, ada begitu banyak orang, entah itu keluarga, sahabat, kerabat, teman sekerja atau mereka yang ada di sekitar kita, sudah terkena Covid-19 ini. Istilah “isoman” kembali menjadi populer. Banyak orang yang berdiam diri di rumah. Pusat perbelanjaan dan mall ditutup. Restoran dibatasi kegiatannya. Kantor-kantor yang tidak bergerak dalam bisnis esensial harus tutup dan para karyawannya bekerja dari rumah. Sekolah yang rencananya dibuka secara terbatas pada bulan Juli, dibatalkan. Banyak orang hidup dalam kekhawatiran dan kecemasan. Kita semua berada dalam masa-masa yang sulit dan kelam.

Inilah juga yang dialami oleh pemazmur dalam Mazmur 23. Ketika Daud berada dalam masa-masa yang sulit (yang digambarkan berada dalam lembah kekelaman), ia tidak takut bahaya. Ia tetap tenang karena ia yakin bahwa Tuhan tetap menyertai dan menghiburnya. Mazmur 23 ini setidaknya mengajarkan 3 hal yang bisa kita lakukan di tengah pandemi saat ini, yaitu:

1. Bersyukur, karena Tuhan telah dan akan mencukupkan kebutuhan kita.

Apabila kita menengok ke belakang dan merenungkan kembali jalan kehidupan yang sudah dilewati, tampak nyata kasih dan penyertaan Tuhan yang ajaib yang selalu memelihara dan menyediakan apa yang kita butuhkan. Memang, kadangkala apa yang kita inginkan belum tentu menjadi kenyataan. Namun, percayalah bahwa Tuhan selalu memberikan apa yang Ia pandang baik bagi kita. Dalam Mazmur 23, Daud menyatakan pengakuannya bahwa Tuhanlah gembala yang selalu mencukupkan kebutuhannya (ayat 1-3). Bahkan, Ia memberikan kelimpahan kepadanya (ayat 5). Ini adalah alasan mengapa kita harus bersyukur walaupun berada dalam kekelaman hidup.  

 2. Jangan khawatir karena Tuhan menjaga kita dari segala mara bahaya.

Setiap orang pasti pernah menghadapi suatu keadaan yang berbahaya, baik bagi dirinya sendiri, keluarganya, maupun orang di sekitarnya. Masa-masa sulit juga pasti dialami setiap orang. Berkaca dari pengalaman Daud, Firman Tuhan dengan tegas menyatakan: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; Gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku” (Mazmur 23:4). Janji Tuhan inilah yang hendaknya selalu kita pegang karena Ia selalu menepatinya. Apapun dan bagaimanapun keadaan atau situasi membahayakan yang menghadang di sekitar kita, tetaplah percaya dan yakin bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita. Ia tetap menyertai kita.

3. Tuhan telah menyediakan kehidupan kekal.

Bagi tiap-tiap orang, kehidupan yang dijalani di dunia ini pasti mengalami suka dan duka. Perjuangan demi perjuangan yang dilakukan tentunya diharapkan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan mereka selama ada di dunia ini. Pertanyaannya, apakah yang sudah disiapkan setiap orang, ketika mengakhiri kehidupan di dunia ini, dan memasuki kehidupan baru selanjutnya? 

 

Mazmur 23:6 mengingatkan kita: “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa”. Janji Tuhan ini dipertegas oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 14: 1-2 yang menyatakan: “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu”. Oleh karena itu, segala yang kita alami di dunia saat ini, dalam keadaan yang paling sulit dan kelam sekalipun, tetaplah percaya bahwa Tuhan Yesus tidak akan meninggalkan kita. Apabila sudah tiba saatnya kita meninggalkan dunia ini, Allah telah menyediakan tempat yang terbaik bagi kita. Ini adalah jaminan kekal yang Allah berikan melalui kematian Yesus Kristus di atas kayu salib.

Marilah melanjutkan kehidupan kita di tengah pandemi Covid-19 ini dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan dengan patuh dan sadar, karena dengan demikian, itu berarti menjaga diri kita sekaligus menjaga kehidupan orang lain. Lakukanlah yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk menolong orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan, yakni dengan tetap berdoa agar Tuhan senantiasa menyertai kita. 

Tidak ada yang tahu pasti kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Namun, satu hal pasti yang kita ketahui dan percayai, bahwa Tuhan Yesus tidak pernah akan meninggalkan kita. Ia mengasihi kita dan Ia akan menepati janji-Nya, seperti yang dinyatakan dalam Filipi 4: 6-7: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus”.

 

 

Selamat melanjutkan kehidupan dengan tetap berkarya di tengah pandemi ini. 

Tuhan Yesus memberkati.

 

 

Pnt. Samuel Stefan S.

Berita Terkait