Menemukan Tujuan Hidup di Tahun yang Baru
Menemukan Tujuan Hidup di Tahun yang Baru
Pdt. Rinto Tampubolon (GKI Taman Aries)
***
Tahun baru sudah lewat beberapa hari, tetapi Kunang masih bingung untuk menentukan apa tujuan hidupnya di tahun yang baru ini. Dalam kebingungannya, lalu dia memutuskan untuk bertanya kepada tiga orang yang dia kenal. Ia pun pergi untuk menjumpai temannya, yaitu Si Bro, Bang Maju, dan Opa Lansi di tempat mereka masing-masing.
Pertama-tama, ia menjumpai temannya Si Bro, seorang anak muda.
Si Bro menjelaskan panjang lebar mengenai rencana dan tujuan yang ia ingin capai selama setahun ke depan. Setelah selesai berbincang dengan Si Bro, Kunang pun kemudian pergi menjumpai Bang Maju, salah satu orang sukses di kompleksnya, yang menjadi inspirasi banyak anak muda seperti Kunang.
Bang Maju kemudian bercerita banyak tentang kegelisahan hidup yang ia rasakan selama setahun yang telah lewat. Ia menceritakan tentang rencana-rencananya di tahun 2023 bahwa ia ingin pergi berlibur ke beberapa negara untuk memulihkan batinnya. Ia juga ingin melakukan kegiatan-kegiatan sosial keagamaan, seperti membantu orang-orang yang susah, supaya hidup terasa bermakna.
Hari pun mulai menjelang siang. Kunang segera pamit kepada Bang Maju untuk bergegas pergi mengunjungi Opa Lansi. Ia bergegas pergi sebelum Opa Lansi ketiduran setelah makan siang.
Setelah mengunjungi ketiga orang tersebut, seperti biasa, Kunang berkunjung ke Sang Guru untuk berbincang sore.
Kunang terdiam dalam hening. Ia berpikir keras, apa yang seharusnya menjadi tujuan hidupnya di tahun 2023 ini.
***
Saudara-saudara, ada salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh banyak orang di dunia ketika menyambut tahun baru atau memasuki tahun yang baru, yaitu membuat rencana “tujuan hidup” di tahun yang baru. Tidak jauh berbeda dengan cerita si Kunang dan orang-orang yang dijumpainya, semua bergegas harus memiliki satu, dua, atau tiga tujuan hidup untuk dicapai di tahun yang baru. Mungkin, pada saat ini, kita pun sudah memiliki satu atau lebih tujuan yang ingin dicapai. Atau sebaliknya, sampai tahun baru sudah berjalan beberapa hari, kita masih saja belum memiliki rencana apa-apa. Yang belum memiliki rencana tujuan hidup biasanya akan mengatakan bahwa hidup itu mengalir saja.
Sesungguhnya, apakah salah jika kita membuat rencana-rencana tujuan hidup untuk tahun yang baru ini? Bagi saya tidak salah juga. Hanya saja, yang sering terjadi, ada banyak orang sibuk dan khawatir dalam memikirkan, merancang, dan mendoakan tujuan-tujuan yang ia ingin capai di tahun yang baru, sampai-sampai ia lupa bahwa HIDUP ITU LEBIH UTAMA DARI TUJUAN”.
Banyak orang lupa bahwa seseorang hanya akan dapat mencapai tujuannya kalau dia memiliki kehidupan. Kalau dia tidak memiliki kehidupan, apa artinya memiliki tujuan. Seribu tujuan tidak akan berarti apa-apa tanpa satu kehidupan. Sebaliknya, ketika kita memiliki kehidupan, kita akan dapat memiliki seribu tujuan. Ini prinsip yang sederhana sekali. Namun, banyak orang tidak mengingat hal ini dengan baik. Itu sebabnya, seseorang dapat lebih sibuk memikirkan rencana-rencana hidupnya ke depan lebih daripada datang kepada Tuhan dalam doa dan ibadahnya untuk mengucap syukur atas kehidupan yang ia miliki. Inilah prinsip pertama yang kita perlu miliki dalam memasuki tahun yang baru. Dengan demikian, di tahun yang baru ini, kita dapat terus “memiliki rasa syukur yang semakin kuat kepada Tuhan Yesus”, hari demi hari.
Menyadari bahwa hidup itu jauh lebih utama daripada yang lain merupakan hal sederhana yang Tuhan Yesus sampaikan dalam Matius 6: 25 “… bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan…?” Ada banyak manusia yang “merawat” kekhawatirannya akan hari esok sampai ia lupa untuk merayakan kehidupannya di hari ini. Untuk itulah Tuhan Yesus mengingatkan pentingnya melihat dan memahami apa arti “hidup” supaya kita bisa menemukan “tujuan hidup”. Dengan kata lain, cara kita dalam memahami apa arti hidup itulah yang akan menentukan apa yang menjadi tujuan hidup kita. Sebab bukan tujuan yang menentukan hidup, tetapi hiduplah yang menentukan tujuan. Jadi, dalam merumuskan “tujuan hidup”, hal yang pertama kita harus mengerti adalah apa arti “hidup” itu?
Alkitab banyak memberi kesaksian mengenai tiga pengertian tentang kata “hidup”, yaitu hidup dalam arti bios, pseuche, dan zoe. Ada yang memahami hidup hanya dalam pengertian terpenuhinya “bios” yaitu hal-hal yang material sifatnya. Ada yang memahami hidup ketika terpenuhinya kebutuhan jiwanya atau “pseuchenya”. Dalam hal ini, ia merasa hidup ketika ia menjadi bermakna dan memiliki kegembiraan batin. Selain itu, ada yang memaknai hidup dalam arti rohaninya, "zoe", yaitu hidup dalam keintiman dengan Tuhan, memenuhi panggilan Allah, dan ingin hidup dengan penghayatan dan nilai-nilai Ilahi.
Pemahaman seseorang akan hidup itulah yang kemudian menentukan seseorang untuk membuat rencana atau tujuan masa depannya. Ketika seseorang menghayati hidup hanya sebatas pemenuhan bios, ia memiliki tujuan hidup yang tidak jauh berbeda dengan Si Bro. Atau, ada juga orang yang tidak lagi memikirkan tentang biosnya, melainkan bagaimana agar memiliki hidup untuk menjadi bermakna dan bergembira. Orang-orang seperti Bang Maju menjadi gambarannya. Ia sudah memiliki banyak pencapaian material di dalam hidupnya, tetapi ia merasa bahwa ada yang kurang di dalam hidupnya, yaitu perasaan ingin bermakna dan bergembira. Oleh karena itu, ia merancang tujuan hidupnya untuk memenuhi pseuchenya, jiwanya. Terakhir, Opa Lansi menjadi gambaran tentang orang-orang yang tidak lagi berfokus dalam tujuan pemenuhan bios atau pseuchenya, tetapi pada zoenya. Lalu, yang mana pemaknaan hidup yang Saudara miliki yang berpengaruh kepada tujuan hidup Saudara?
Sesungguhnya, ketiga makna hidup tersebut bukanlah terpisah dan untuk dipertentangkan. Ketiganya seharusnya menjadi bagian dari tujuan hidup yang utuh di dalam diri kita. Begitulah kesaksian yang ada di dalam Alkitab. Abraham misalnya, ia tidak kurang dalam hal bios. Ia memiliki ada banyak hewan ternak dalam bisnisnya. Namun, hal bios itu tidak membuat ia mengabaikan relasinya dengan Allah dan memenuhi panggilan Allah baginya untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Dalam kekayaannya, ia juga tetap bermakna bagi kehidupan dan memakai kekayaannya itu untuk perjalanan dalam memenuhi panggilan Tuhan dalam hidupnya. Daud menjadi contoh yang lain. Ia memiliki kekuasaan yang sangat besar, tetapi ia tetap memiliki keintiman dan hormat kepada Allah. Kekuasaan tidak membuatnya menjadi abai pada kehendak dan firman Allah.
Dengan memahami contoh dan pengertian yang kita temukan di dalam Alkitab tersebut, kita perlu belajar untuk memakainya dalam meninjau kembali tujuan hidup yang kita sudah buat di tahun 2023. Apakah tujuan hidup yang kita miliki ada di dalam pemaknaan yang utuh tentang “hidup”? Apakah tujuan kita di tahun yang baru ini hanya fokus pada salah satu arti hidup itu saja atau sudah mencakup semuanya secara utuh?
Jika di tahun yang baru ini kita hanya fokus untuk memenuhi bios kita saja, kita perlu menata kembali tujuan hidup kita. Allah tentu tidak memiliki rencana agar kita dipenuhi dengan kelimpahan materi, tetapi dalam kesemuanya itu, kita hidup tanpa keintiman relasi dengan-Nya. Di tahun 2023 ini kita sibuk untuk diri kita tanpa adanya keutuhan hidup untuk memenuhi panggilan Allah dan bermakna bagi kehidupan. Kita harus mengingat selalu bahwa Allah memberi kita hidup supaya kita memiliki tujuan. Kalaupun kita membuat sebuah tujuan, perhatikanlah apakah tujuan itu membawa kita kepada makna kehidupan yang utuh dari Tuhan.
Selamat Tahun Baru. Tuhan Yesus memberkati.