KISAH PARA PENGAJAR PAUD SUARA ANAK BANGSA
Kali ini, Paideia berkesempatan untuk berbagi cerita dan kisah mengenai salah satu mata program yang telah dijalankan oleh MJ GKI PERUMAHAN CITRA 1 selama kurleb 11 tahun, PAUD yang diberi nama Yayasan Suara Anak Bangsa. Kami mengadakan wawancara secara online kepada Ibu Dewi Rikawati, Ibu Neneng dan juga Ibu Yuli.
Seperti apa kisah suka, duka, dan haru nya? Mari kita simak.
INDAH-NYA BERSYUKUR & MEMBERKATI : IBU ITJIT ONGGOWIDJOJO (NENENG)
(Ibu Rika dan Ibu Neneng)
Salah satu guru Suara Anak Bangsa adalah Ibu Itjit Onggowidjojo, biasa dipanggil dengan Bu Neneng. Kesehariannya sebagai ibu rumah tangga dengan dua orang anak yang sudah dewasa.
Ibu Neneng yang juga adalah tim Pelawat Wilayah 6, mulai ikut mengajar di Suara Anak Bangsa sejak 5 tahun yang lalu. Kata orang, semakin kenal akan semakin saying. Begitu terjun mengajar, ternyata banyak hal baru yang sebelumnya tidak terpikirkan olehnya. Ada anak yang belum mandi pagi, belum sarapan, tidak ada orang tua yang menjaga. Dari situlah Ibu Neneng semakin mengenal banyak kehidupan mereka.
Ibu Neneng sangat bersyukur mengajar dengan teman-teman sepelayanan yang juga menaruh kasih pada anak-anak ini. Hal itu bisa terlihat dampaknya pada anak-anak yang pada prosesnya menjadi lebih tertib, lebih sopan, dan pandai membaca dan menulis sehingga dirasa lebih siap untuk masuk SD. Dari cerita orang tua mereka, anak-anak ini di sekolah adalah anak-anak yang pandai. Ibu Neneng percaya bahwa Tuhanlah yang memberkati pelayanan para guru sehingga berkat Tuhan tersalur ke anak-anak ini.
Mengajar di Suara Anak Bangsa menjadi pengalaman yang luar biasa sekaligus mendatangkan kesukaan tersendiri bagi Ibu Neneng karena anak-anak mengalami sebuah proses pendidikan yang diharapkan kelak dapat mengubah kehidupan mereka, maupun keluarga mereka. Ibu Neneng juga memohon dukungan dan doa dari pembaca Paideia agar para guru Suara Anak Bangsa dimampukan untuk bisa terus melayani dengan sukacita anak-anak tersebut.
MENGASAH KREATIVITAS & KESABARAN : IBU YULIANITA WIMARUTA
(Ibu Yuli beserta keluarga)
Sosok guru PAUD Suara Anak Bangsa yang paling gress bergabung adalah Ibu Yulianita Wimaruta. Beliau biasa dipanggil dengan panggilan Ibu Yuli. Ibu Yuli bergabung di SUA pada tahun 2016. Sampai saat ini, beliau masih rajin untuk mengajar di sana. Ibu yang mungil ini bersama sang suami, Bapak Soviandry Wiharja, ternyata sudah memiliki tiga anak gadis yang sudah menjadi pemuda, yaitu: Jennyfer Laurencia, Silvana Laurencia, dan Nathania Laurencia.
Ketiga anak Ibu Yuli sudah bekerja dengan karier yang baik.
Ibu Yuli sangat suka mengajar di PAUD SUA ini. Hal ini disebabkan banyak sekali tantangan dan membuat Ibu Yuli berpikir keras untuk berkreasi. Mengajar anak anak PAUD SUA sangat berbeda dengan mengajar murid les privat yang dulu pernah diajar olehnya. Murid-murid lesnya mudah diajari dan sangat cepat mengerti sehingga mereka cepat memahami materi yang diajarkan. Ibu Yuli akan sangat gembira jika murid yang diajar itu akhirnya bisa membaca, menulis, dan berhitung.
Lebih jauh lagi, menurut Ibu Yuli, mengajar di PAUD SUA adalah ujian kesabaran, ketahanan mental dan kreativitas. Harapannya agar semua pembaca Paideia dapat mendukung dalam pelayanan ini karena anak anak PAUD sangat membutuhkan perhatian. Demikian juga halnya dengan para guru pengajar, mereka perlu terus didukung dalam doa agar kuat, setia, dan kreatif.
Saat ini, PAUD SUA membutuhkan tempat mengajar baru dalam tahun ajaran 2022-2023. Hal ini disebabkan tempat mengajar di Kantor RW 03, Tegal Alur sudah tidak layak lagi menjadi kelas mengajar. Selain kotor, sempit, kurang udara, kondisi toilet pun sangat memprihatinkan.
Hari ini kita belajar dari Ibu Yuli yang ternyata dalam sosok yang mungil tersimpan energi dan kemampuan yang luar biasa besar. Tuhan terus memberkati dan menambah nambahkan hikmat untuk Ibu Yulianita Wimaruta.
Amin.
BELAJAR MENGASIHI SESAMA : IBU SUPRIHATIN SETYABUDI
Kali ini, Paideia kembali hadir untuk mewawancarai salah satu guru SAB, yaitu Ibu Suprihatin Setyabudi, biasa dipanggil dengan Ibu Aan. Ibu Aan lebih dikenal sebagai salah satu GSM di Komisi Anak. Ibu Aan melayani di SAB sebagai guru sejak tahun 2008/2009. Beliau bercerita bagaimana pada awalnya bergabung dalam SAB bersama dengan Ibu Rika, Ibu Gloria, alm. Ibu Lina, Ibu Lisawati, Ibu Eni Reyn, Ibu Helen menjadi guru SAB di Tegal Alur. Selama kegiatan SAB berlangsung, banyak guru baru yang telah bergabung, seperti Ibu Neneng, Ibu Louisa, Ibu Susanna Albertina, Ibu Jeanny Manopo, Ibu Liana Tantri, dan Ibu Yuli Wimaruta.
Ibu Aan bercerita bagaimana pada awalnya beliau merasa kaget karena beberapa murid-murid SAB sudah berumur 7-8 tahun, tetapi masih belum bersekolah karena mareka belum bisa membaca dan menulis. Mereka sering tidak diperhatikan oleh orang tuanya yang bekerja sehingga anak-anak tersebut tidak terperhatikan dalam hal pendidikan, karakter, dan kesehatannya. Hal ini terlihat pada beberapa anak-anak murid SAB yang hadir tanpa mandi terlebih dahulu. Kadang, mereka juga pernah berlaku tidak sopan pada saat berinteraksi dengan teman-temannya dan orang-orang yang lebih tua.
Oleh karena itu, pelayanan SAB dari GKI Citra tidak hanya mencakup pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung saja, melainkan juga berusaha untuk meningkatkan standar gizi dan kesehatan dari murid-muridnya dengan membagikan susu, peralatan kesehatan, dan baju-baju layak pakai.
Saat ini, SAB melayani 7 orang anak. Beberapa anak yang telah dapat membaca dan menulis dinyatakan dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang SD. Pelayanan SAB membutuhkan interaksi yang lebih intens kepada murid-muridnya sehingga membutuhkan jumlah guru yang cukup banyak. Semntara itu, ada 8 orang guru yang melayani di SAB. Ibu Aan melihat guru-guru SAB sangat kompak dan memiliki kesehatian untuk melayani di SAB. SAB memiliki kerinduan untuk mendapatkan tempat yang lebih memadai dikarenakan tempat yang ada saat ini cukup kecil dan tidak bersih. Tempat yang lebih besar dan bersih menjadi penting untuk memulai kembali pertemuan pembelajaran tatap muka setelah pandemi Covid-19. Selama Covid-19, SAB menggunakan media online dalam sesi pembelajarannya sehingga SAB tidak pernah berhenti dalam pelayanannya. Setiap Senin, guru-guru SAB akan membagikan soal dan tugas. Lalu, soal dan tugas itu akan dibahas melalui pertemuan online setiap Rabu.
Sebagai penutup, Ibu Aan menyatakan bagaimana pentingnya SAB sebagai salah satu cara bagi kita untuk membagikan kasih Tuhan Yesus kepada anak-anak yang terpinggirkan. Dalam setiap kegiatan, pendidikan karakter yang menekankan pada aplikasi perbuatan kasih, seperti berterima kasih, menghormati orang tua, saling berbagi, dll terus disampaikan kepada mereka.
Melalui Paideia, Ibu Aan juga ingin menyampaikan kepada jemaat GKI Citra 1 yang tertarik untuk ikut melayani kegiatan SAB dalam berbagai bentuk yang intinya membangun karakter, ilmu, dan standar kesehatan bagi anak-anak. Kiranya Tuhan terus memampukan Ibu Aan dan guru-guru SAB lainnya untuk dapat melayani dan menjadi berkat bagi mereka, anak-anak yang membutuhkan perhatian dan pendidikan.
SUKACITA, TANTANGAN & HARU : Ibu Dewi Rikawati
Mari, pembaca Paideia, kita sama-sama berdoa agar pelayanan mereka semakin diberkati lebih lagi oleh Tuhan. Sekiranya pembaca Paideia ada pula yang tergerak untuk membantu mengajar, atau melalui sumbangan makanan yang sehat dan bergizi, bisa langsung menghubungi Ibu Dewi Rikawati atau TIM PAIDEIA.
Kiranya Tuhan selalu menyertai dan memberkati kita semua, Amin.
Komentar