KEAJAIBAN KEBANGKITAN DALAM KESEHARIAN
Renungan Paideia
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan “ajaib” sebagai berikut: 1) ganjil; 2) aneh; 3) jarang ada; 4) tidak seperti biasa; dan 5) mengherankan. Sementara itu, dalam kata benda, ajaib mengarah pada sesuatu yang aneh, keheranan, dan yang tidak dapat diterangkan dengan akal. Bicara tentang ajaib, tak sedikit yang menyempitkan hal ini pada sesuatu yang “wah,” “spektakuler,” menurut sudut pandang masing-masing. Ketika mengalami sakit dan disembuhkan, ketika pekerjaan, rumah tangga, semua dalam keadaan baik, tanpa ragu kita mengatakan bahwa itulah keajaiban dari Tuhan. Ia adalah Allah yang berkuasa. Sebaliknya, ketika apa yang terjadi di luar apa yang kita harapkan, kita kecewa dan merasa bahwa Ia tidak mengasihi dan peduli kepada kita. Pertanyaannya, apa sesungguhnya makna “ajaib,” secara khusus dalam refleksi kebangkitan Kristus yang baru kita rayakan pada peristiwa Paskah?
Bacaan Injil Lukas 24: 13-35 memberikan perspektif baru bagi kita dalam memahami kata “ajaib.” Ada 3 refleksi utama yang dapat kita renungkan:
Ajaib adalah ketika kita mengalami kehadiran Yesus yang berjalan bersama (Luk. 24: 15)
Hal inilah yang dialami oleh Kleopas dan temannya ketika menghadapi situasi yang tidak mereka diharapkan. Sang Guru, yang diharapkan menjadi Mesias yang membebaskan, ternyata harus mengalami kematian melalui peristiwa salib. Dalam duka dan rasa kecewa yang terlampau dalam, mereka tidak menyadari kehadiran Yesus. Fokus pada pergumulan yang terjadi, membuat mereka tidak menyadari bahwa Yesus berjalan bersama mereka. Hal ini yang kerap terjadi dalam kehidupan kita. Kita tidak mampu mengenali Yesus yang berjalan bersama kita, saat kepungan masalah itu mendera kita. Kita lupa bahwa kita pernah berjumpa dengan pergumulan, masalah yang berat dan tidak mudah dilalui. Namun, dalam pertolongan Tuhan, kita dimampukan untuk melalui bahkan menemukan solusi di dalamnya. Berefleksi dari kisah Kleopas dan temannya, kita menyaksikan bagaimana Yesus hadir berjalan bersama kita, apapun segala situasi yang kita hadapi, asalkan kita percaya akan kehadiran-Nya.
Ajaib adalah ketika menyadari bahwa Yesus berkarya melalui hal-hal sederhana, tetapi penuh makna (Luk. 24: 30-31)
Perjumpaan dengan Yesus, mendorong para murid untuk mengundang Yesus tinggal bersama mereka. Ini merupakan sebuah simbol hospitalitas (hospitalitas: philoxenos, yang berarti menjangkau mereka yang asing atau to reach to strangers). Pada saat itulah Yesus makan bersama mereka. Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan dan memberi kepada para murid. Di sini kita melihat, Yesus mengadeganulangkan peristiwa perjamuan malam terakhir yang memberi kesan di hati kedua murid. Mereka langsung ingat pada seluruh pengajaran yang Yesus telah berikan. Mereka pun kemudian mengenal Yesus dan Ia pun lenyap dari hadapan mereka. Apa yang menakjubkan di sini? Menarik, Yesus membuka mata mereka melalui sebuah peristiwa yang sederhana atau hal sesehari yang biasa dilakukan masyarakat Yahudi saat itu, yakni makan bersama dengan para murid. Inilah sebuah keajaiban. Ajaib dalam peristiwa ini adalah ketika Yesus berkarya melalui hal-hal sederhana, tetapi penuh dengan makna. Hal ini yang juga menjadi refleksi bagi kita. Yesus berkarya dalam hal-hal sederhana hidup kita. Ketika masih diberikan anugerah kehidupan setiap hari dalam kesehatan dan topangan Tuhan, kesempatan untuk berkarya dan melayani di manapun Tuhan menempatkan kita berada, itu semua adalah keajaiban dari Tuhan. Ajaib, tidak melulu hal-hal yang spektakuler menurut sudut pandang kita. Sebaliknya, ajaib adalah ketika kita meyakini bahwa Yesus telah bangkit dan berkarya dalam hidup kita.
Ajaib adalah ketika kita menjalani hidup yang “tidak biasa-biasa” saja, tetapi hidup yang terus “diubahkan” oleh Dia (Luk 24: 32).
Kita memperhatikan hal ini melalui lanjutan kisah Kleopas dan temannya ketika mereka telah berjumpa dengan Yesus. Perjumpaan dengan Yesus yang hadir melalui peristiwa sederhana tetapi bermakna, memberi dampak luar biasa. Dituliskan bahwa hati mereka berkobar-kobar (Yunani: “kaio,” artinya menyala, membakar, berkobar). Ada semangat yang mengubahkan hidup mereka. Hati yang berkobar-kobar itulah yang selanjutnya menggerakkan mereka kembali ke Yerusalem untuk mewartakan kebangkitan Kristus. Penulis Injil Lukas tidak menulis bahwa setelah itu, hidup mereka berubah dan terlepas dari pergumulan. Namun, ada yang istimewa. Mereka memiliki cara pandang baru terhadap pergumulan yang dihadapi. Mereka melihat segala sesuatu dalam harapan bahwa Yesus adalah Tuhan yang hidup dan telah bangkit. Ia bukan Tuhan yang mati. Oleh karena itu, hidup para murid adalah hidup yang diubahkan dan terus berpengharapan di dalam-Nya. Hal ini menjadi perenungan bagi kita. Ketika sudah mengalami kehadiran Yesus yang berjalan bersama kita dan merasakan karya-Nya melalui hal-hal sederhana dalam hidup, mestinya hidup kita bermakna dan memiliki sudut pandang baru dalam memandang sebuah peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Ketika kita memiliki sudut pandang baru, hal ini dimaknai sebagai cara Tuhan membentuk dan melatih kita supaya menjadi pribadi dan komunitas yang semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Inilah sebuah keajaiban.
Paskah baru saja kita rayakan bersama. Namun, semangat Paskah dan memaknai keajaiban kebangkitan Kristus, akan senantiasa menggema dan kita wartakan dalam keseharian hidup kita. Firman Tuhan dalam berita Paskah meneguhkan refleksi tentang keajaiban. Ajaib adalah 1) ketika kita mengalami kehadiran Yesus yang berjalan bersama, 2) ketika menyadari bahwa Yesus berkarya melalui hal-hal sederhana, tetapi penuh makna, dan 3) ketika kita menjalani hidup yang “tidak biasa-biasa” saja, melainkan hidup yang terus “diubahkan” oleh Dia.
Selamat mensyukuri keajaiban Tuhan dalam hidup kita. Tuhan memberkati!
Pdt. Gloria Tesalonika