HANYA ROH KUDUS YANG MEMAMPUKAN PARA MURID UNTUK PERCAYA

HANYA ROH KUDUS YANG MEMAMPUKAN PARA MURID UNTUK PERCAYA

Pada Minggu, 31 Mei 2020 kita merayakan Hari Pentakosta. Ada yang sangat berbeda pada perayaan Pentakosta tahun ini dibandingkan dengan tahun- tahun sebelumnya. YA! Tahun ini kita merayakan Pentakosta tidak di dalam gedung gereja, melainkan di rumah masih- masing. Hal ini dikarenakan Pandemi Covid-19 yang masih belum berakhir hingga saat ini. Bagaimana perasaan Saudara? Tentu ada perasaan berbeda, tidak nyaman, "rindu" beribadah dan melayani di gereja-Nya. Biasanya, jelang hari raya gerejawi seperti Pentakosta, rekan-rekan panitia disibukkan dengan aktivitas mendekor, baik ruang ibadah, aula bawah, hingga GSG 2 dan 3. Belum lagi panitia lain, mulai dari acara, konsumsi, hingga keamanan yang berupaya melakukan setiap tanggung jawab yang dipercayakan.

Pentakosta tahun ini sungguh berbeda. Namun, situasi yang "tidak biasa" ini toh harus kita lalui. Kita semua tetap dapat beribadah meskipun di rumah masing- masing. Betul, kita rindu beribadah bersama di gereja, tetapi gereja tidak hanya kita maknai dalam arti Gedung (bangunannya) semata, melainkan gereja adalah kita semua, persekutuan orang percaya yang dipanggil keluar untuk memberitakan pekerjaan besar dari Allah (I Ptr. 2: 9). Oleh karena itu, ibadah online tetap dapat dimaknai sebagai sebuah perjumpaan kita dengan Tuhan dan persekutuan bersama dengan keluarga. Kita patut bersyukur, pada Pentakosta yang lalu, kita mengadakan ibadah online GKI Perumahan Citra secara mandiri.

Apa makna Pentakosta? Menilik arti katanya, "Pentakosta" berasal dari Bahasa Yunani "Pentekoste", yang artinya hari ke-50. Empat puluh (40) hari Yesus menampakkan diri sebelum naik ke surga, dan sepuluh (10) hari kemudian Roh Kudus dicurahkan. Dengan kata lain, kita merayakan Pentakosta 50 hari setelah Paskah atau Kebangkitan Kristus. Dalam tradisi Yahudi, Pentakosta diperingati sebagai Hari Panen Raya (Shavuot). Hari Raya Shavuot merupakan perayaan tujuh minggu, yang dirayakan mulai hari ke-15 bulan Nisan sampai hari keenam bulan Sivan, atau dalam kalender Masehi sekitar bulan Mei hingga Juni. Hari ke-15 bulan Nisan adalah hari Paskah. Jadi, mulai hari Paskah sampai tujuh minggu berikutnya umat Israel mempersiapkan diri untuk menyambut turunnya Hukum Taurat di Gunung Sinai dan kemudian merayakan pada hari yang kelima puluh. Inilah yang kemudian disebut dengan Pentakosta. Dengan demikian, perayaan Pentakosta atau Shavuot sebenarnya merupakan perayaan turunnya Hukum Taurat di Gunung Sinai. Turunnya Hukum Taurat di Gunung Sinai menandai era baru dalam kehidupan umat Israel. Mengapa? Sebab, turunnya Hukum Taurat merupakan peristiwa perjanjian Allah dengan umat- Nya sehingga umat Israel kini disebut sebagai "umat Tuhan" (qahal Yahweh). Mereka bukan lagi orang-orang yang berstatus sebagai budak Mesir, melainkan umat kepunyaan Allah. Itu sebabnya, sebagai ucapan syukur, pada hari Shavuot atau Pentakosta, mereka memberikan persembahan kepada Allah. Oleh karena itu, dalam perayaan Shavuot atau Pentakosta senantiasa mengandung dua dimensi iman, yaitu perayaan penyataan Allah dalam Hukum Taurat dan ucapan syukur umat yang dinyatakan dalam persembahan kepada Allah.

Dalam Perjanjian Baru, peristiwa Pentakosta dimaknai sebagai hari pencurahan Roh Kudus. Dituliskan pada Kisah Para Rasul 2, pada saat itu semua orang berkumpul di suatu tempat. Tiba- tiba, turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka duduk, dan tampaklah kepada mereka lidah- lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka, penuhlah mereka dengan Roh Kudus. Lalu, mereka dapat berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang dikatakan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Gambaran angin yang memberi kesejukan, menggerakkan, dan menghidupkan seolah menjadi sebuah kekuatan bagi para murid yang baru saja ditinggalkan oleh Yesus yang adalah Guru mereka.

Demikian pula api. Dalam Perjanjian Lama, api merupakan simbol kehadiran yang Ilahi. Api juga berfungsi untuk menyucikan dan memurnikan. Turunnya Roh Kudus yang disimbolkan dengan api menjadi tanda bahwa Allah berkenan hadir dan tinggal di antara para murid. Sementara itu, kemampuan murid-murid untuk berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain (xenolalia) menjadi tanda bahwa Roh Kudus yang memampukan mereka untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa. Kisah Para Rasul 2: 11 menyatakan "kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan- perbuatan besar yang dilakukan Allah."

Roh Kudus yang dicurahkan pada peristiwa Pentakosta memberikan kesegaran hidup bagi para murid pada masa lampau, dan kita di masa kini, untuk tetap melanjutkan tugas dan kepercayaan yang diberikan, yaitu memberitakan Injil Kristus serta menjadi saksi-Nya di tengah dunia. Sungguh bersyukur buah pekerjaan Roh Kudus nyata melalui kehadiran gereja. Gereja yang adalah persekutuan orang percaya lahir melalui pekabaran Injil dari para murid Kristus. Mereka hadir dan membawa dampak dalam pemberitaan kabar sukacita tersebut. Kalau Saudara mengikuti rangkaian kegiatan Pra-Pentakosta tanggal 22-30 Mei yang lalu, kita telah belajar melalui beberapa tokoh yang memberi dampak besar bagi kekristenan, termasuk di Asia hingga Indonesia (Agatha dari Sisilia, Antonius dari Mesir, Aurelius Augustinus, Fransiskus Assisi, Ignatius Loyola, Ingwer Ludwig Nommensen, John Sung, Stefanus, dan Tomas, murid Kristus).

Peristiwa Pentakosta dimaknai sebagai hari ketika Roh Kudus dicurahkan. Akan tetapi, kita meyakini bahwa Roh Kudus yang adalah Roh Allah sudah berkarya sejak penciptaan dunia (Kej 1: 1-2). Pada zaman bangsa Israel, Roh juga bekerja. Bilangan 11: 24-30 menuliskannya. Dalam kisah tersebut disampaikan tentang pencurahan Roh kepada tujuh puluh orang tua-tua. Pada zaman Yesus, karya dan kehadiran Roh Kudus tampak melalui kesaksian Injil Lukas 1: 35, 3: 22, 4: 16-21, 11: 14-23. Setelah Yesus naik ke surga, Roh Kudus punmenyertaiparamurid─termasukkita semua─ dalam melanjutkan kehidupan yang dipercayakan-Nya.

Kehidupan di tengah dunia saat ini amat tidak mudah. Kita berhadapan dengan berbagai pergumulan, kesulitan, tantangan, bahkan juga hambatan, khususnya ketika saat ini kita harus berhadapan dengan pandemi Covid-19. Namun, kita meyakini bahwa kehadiran Roh Kudus menguatkan dan memampukan kita melaluinya. Kekuatan Roh Kudus memberikan kesegaran bagi hidup manusia yang saat ini tengah berada dalam "kedahagaan" karena pandemi yang terjadi. "Kedahagaan" yang kita alami tampak ketika kita berada pada situasi yang tidak menentu, kehidupan seolah berubah dari hal yang normal (biasa) kita jalani sebelumnya. Kita harus berada di rumah: bekerja, belajar, bahkan beribadah dari rumah. "Kedahagaan" yang lain ketika kita harus bergumul karena kehilangan pekerjaan,"dirumahkan",sementarayang lain masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bagi keluarga. Kita pun mengalami "kedahagaan" ketika kita masih terus berusaha menata hidup setelah ditinggal orang yang dikasihi dan dicintai, kembali ke pangkuan Bapa di Surga.

Di tengah "kedahagaan" yang kita alami saat ini, bacaan Injil dalam Minggu Pentakosta meneguhkan kita sekalian. Yohanes 7: 37b-38 menuliskan bahwa Yesus menawarkan "penyegaran" dari "kedahagaan" yang ada. Firman Tuhan menyatakan: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup". Pernyataan ini disampaikan oleh Yesus dalam sabda-Nya kepada banyak orang saat merayakan Hari Raya Pondok Daun di Yerusalem. Hari Raya Pondok Daun merupakan perayaan pengucapan syukur bagi Israel atas hasil panen yang dirayakan selama tujuh hari pada bulan purnama, antara bulan September dan Oktober. Pada perayaan ini, umat Yahudi berziarah ke Bait Allah di Yerusalem sambil membawa persembahan. Dapat dibayangkan, betapa meriahnya perayaan tersebut. Namun, apa yang terjadi? Di tengah kemeriahan perayaan, Yesus justru melihat banyak orang yang berada dalam "kedahagaan". Mereka mengalami kelelahan, secara khusus karena berbagai tekanan yang mereka alami dalam hidup. Secara politis, mereka menjadi bangsa yang terjajah, mengalami tekanan hidup, baik sosial, ekonomi, bahkan hingga psikologis. Belum lagi pergumulan dalam hal spiritual. Kehidupan keagamaan dijalani dengan tujuan ritualistik semata sehingga menjadi kaku dan tak memberi makna.

Di tengah kedahagaan mereka, Yesus menawarkan kesegaran. Kepada setiap mereka yang "percaya", aliran- aliran air hidup itu akan dicurahkan. "Percaya" menjadi sebuah kata kunci untuk menerima anugerah air hidup yang menyegarkan itu. Bahkan, dituliskan lebih lanjut pada Yoh 7: 39 bahwa air yang digambarkan oleh Yesus untuk memberikan kelegaan pada mereka yang dahaga, sejatinya adalah Roh Kudus. Roh Kudus dianugerahkan kepada setiap orang percaya agar di tengah rasa dahaga yang ada mereka tetap dapat melanjutkan hidup dengan kekuatan yang diberikan.

Pentakosta yang baru kita rayakan bersama meneguhkan kita bahwa Roh Kudus hadir dalam kehidupan orang percaya. Roh Kudus itulah yang digambarkan seperti aliran-aliran air hidup. Sama seperti sifat air yang dapat mengisi kekosongan wadah, kita meyakini bahwa Roh Kudus jugalah yang akan mengisi kekosongan kita atas semua hal yang terjadi, termasuk di dalamnya situasi pandemi Covid-19 ini. Apa yang perlu kita miliki hanyalah satu kata, "percaya". Ketika kita "percaya" kepada Yesus, kita dimampukan untuk terus melangkah dengan penuh keberanian dan melanjutkan hidup yang masih Tuhan percayakan. Bahkan, tidak hanya itu, "percaya" itulah yang juga memampukan kita untuk tetap mengucap syukur

sekalipun kita berhadapan dengan situasi pandemi Covid-19. Kita tak pernah tahu apa yang terjadi hari esok. Apakah pandemi akan menurun? Atau, justru malah sebaliknya? Sampai kapan kita akan seperti ini? Bisa jadi, pertanyaan-pertanyaan ini yang muncul dalam pikiran kita. Namun, kita percaya, Roh Kudus yang telah hadir pada peristiwa Pentakosta juga hadir dalam perjalanan hidup kita. Ia menuntun dan memampukan kita untuk melangkah melanjutkan hidup ke depannya! Seperti yang sudah disebutkan, yang perlu kita miliki adalah "percaya". Kita yakin bahwa Ia tak pernah meninggalkan kita.

Selamat merayakan Hari Pentakosta!
Selamat bersyukur karena Roh Kudus dicurahkan atas kita!

Tuhan memberkati.

Pdt. Gloria Tesalonika

Berita Terkait