GEREJA KRISTEN INDONESIA SINODE WILAYAH JAWA BARAT: ADA DAN TERUS MENG-INDONESIA

GEREJA KRISTEN INDONESIA SINODE WILAYAH JAWA BARAT: ADA DAN TERUS MENG-INDONESIA

Tahun 2021, Indonesia memasuki 76 tahun kemerdekaan. Pernahkah kita sejenak mengambil waktu dan berpikir tentang Indonesia? Indonesia merupakan salah satu negara  yang memiliki wilayah teritorial yang sangat luas dan tidak hanya terdiri dari satu pulau saja. Menurut data Dirjen Pengelolaan Ruang Laut tahun 2020, Indonesia terdiri dari 16.771 buah pulauBanyaknya pulau juga menunjukkan betapa beragamnya Indonesia. Upaya untuk menjadikan kebhinekaan sebagai sebuah kekayaan sudah dilakukan, bahkan sebelum kemerdekaan. Sejak awal, Indonesia memperjuangkan kesatuan dalam keragaman meskipun terdiri dari banyak suku bangsa, suku bahasa, dan berbagai perbedaan lainnya

Semangat untuk tidak eksklusif dan tidak hanya berorientasi pada satu suku saja juga ditunjukkan oleh GKI. GKI berawal dari sebuah jemaat yang dirintis dan didominasi oleh orang Tiong Hoa. Sebagaimana kita ketahui, GKI Sinwil Jabar tertua ada di Indramayu. Bermula dari keinginan Ang Boen Swie mengenal Tuhan, Tiong Hoa Kie Tok Kauw Hwee Khu Hwee Jawa Barat berubah nama menjadi Gereja Kristen Indonesia. Apa yang mendasari perubahan nama tersebut? GKI menunjukkan komitmen untuk menjadi bagian dari Indonesia. Gereja Kristen Indonesia tanpa kata depan di, menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya sekadar lokasi, melainkan darah yang mengalir dalam kehidupan Gereja Kristen Indonesia.

Sejak awal keberadaan GKI, komitmen keindonesiaan GKI tidaklah diragukan. Hal itu ditunjukkan dengan bagaimana GKI menyatakan diri sebagai bagian dari Indonesia dan bagaimana Indonesia tidak hanya sekadar lokasi keberadaan, melainkan sebuah keberadaan yang menyatu dengan keberadaan gereja. 

GKI Sinwil Jabar berkembang dengan pesat. Saat ini, pada tahun 2021, sudah ada 100 jemaat GKI Sinwil Jabar. Jika kita melihat LKKJ, etnis anggota GKI Sinwil Jabar tidak hanya monoetnis. Ada banyak etnis yang turut ambil bagian dalam kehidupan berjemaat. Indonesia benar-benar hidup dalam kehidupan pelayanan GKI. Pernahkah kita menyadari bahwa kemajemukan yang merupakan kekayaan Indonesia juga dapat kita jumpai dalam kehidupan berjemaat di GKI Sinwil Jabar? Dalam perjalanan GKI hingga saat ini, seringkali kita tidak menyadari ini sebagai kekuatan. Sebaliknya, kita sibuk melihat kekurangan-kekurangan yang ada dalam kehidupan berjemaat kita. Saat kita membandingkan diri kita dengan gereja lain, kita lupa dengan kekuatan yang kita miliki. Kita lupa bahwa GKI Sinwil Jabar sebagai Tubuh Kristus terdiri dari 100 jemaat GKI Sinwil Jabar. 

GKI Sinwil Jabar terus berupaya relevan dengan konteksnya dan memaknai panggilannya untuk menjadi berkat,tidak hanya bagi jemaatnya, tetapi juga bagi bangsanya. Setiap bangsa kita mengalami bencana nasional, GKI Sinwil Jabar selalu berusaha untuk juga menunjukkan kepedulian. Sejak tsunami di Aceh, Tim Gerakan Kemanusiaan Indonesia selalu ikut membantu dan tidak  berhenti saat bencana usai. Komitmen untuk terus hadir pascabencana dan bersama-sama pulih juga ditunjukkan oleh Tim GKI, salah satunya dengan keberadaan Panti Asuhan KAUM (Kasih Abadi Untuk Mentawai)

 

 

 

 

 

 

 

Bencana-bencana yang menimpa bangsa kita juga menjadi bagian dari pergumulan GKI Sinwil Jabar, sekalipun bencana yang terjadi tidak menimpa jemaat kita. Saat bencana banjir terjadi di Palu, jemaat-jemaat di lingkup GKI Sinwil Jabar memberikan persembahan untuk membantu TIM GKI menjalankan misi kemanusiaannya, walau tidak diminta. Melihat jemaat dan simpatisan menunjukkan kepeduliannya bagi saudara-saudara sebangsa setanah air yang menjadi korban bencana tentu saja sangat menyentuh hati. Upaya untuk mengindonesia dan juga menjadikan Indonesia bagian dari kehidupan iman kita, begitu kental dan terasa dalam keberadaan kita. Bagi GKI Sinwil Jabar, beriman bukan hanya sekadar bertumbuh dalam iman tegak lurus kepada Tuhan, melainkan juga diiringi dengan kepedulian dan bagaimana menjadi berkat bagi sesama anak bangsa.

Pandemi Covid-19 yang berdampak pada kehidupan setiap orang tanpa terkecuali, juga menjadi perhatian GKI Sinwil Jabar. Berbagai upaya dilakukan, mulai dari secara internal GKI Sinwil Jabar berbagi dengan jemaat yang berdampak karena pandemi, berjalan bersama pemerintah untuk mengedukasi masyarakat mengenai kebiasaan-kebiasaan baru dalam era new normal melalui video-video edukasi, hingga mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penanggulangan Covid-19 yang secara nyata terus dilakukan dalam kehidupan bersama.

Kegiatan-kegiatan gerejawi juga terus disesuaikan dengan kebijakan pemerintah. RS UKRIDA menjadi RS Rujukan Covid merupakan bukti keseriusan GKI Sinwil Jabar untuk menjadi bagian dari Indonesia. Upaya bekerjasama dengan puskemas, mengadakan vaksinasi, beberapa jemaat mengadakan tempat isoman untuk mereka yang terpapar Covid-19,dan membuat Call Center GKI Sinwil Jabar yang melayani semua orang menunjukkan bagaimana Indonesia sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari GKI Sinwil Jabar. Tidak sekadar beriman di Indonesia,melainkan menjadikan Indonesia sebuah kenyataan yang melekat pada keberadaan GKI.

RS Rujukan Covid - UKRIDA - - katadata.co.id

Rasanya perlu bagi kita, di tengah perayaan kemerdekaan yang ke-76 RI, untuk mengingat bagaimana GKI, dalam hal ini GKI Sinwil Jabar, sejak awal keberadaannya berkomitmen untuk Indonesia. Komitmen itu semakin hari semakin nyata, yakni dengan berbagai upaya untuk berbagi yang dilakukan, yang tidak hanya menjadi berkat untuk anggota jemaat dan simpatisan saja, melainkan bagi sesama anak bangsa. Dengan kata lain, komitmen untuk menjadi Indonesia semakin dapat dirasakan dalam keberadaan Indonesia dalam tubuh GKI Sinwil Jabar.

Kita tidak pernah tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Namun, berdiri bersama sebagai sebuah bangsa menjadi sesuatu yang harus kita lakukan. Berpikir untuk menjaga diri sebagai wujud menjaga bangsa menjadi tanggung jawab iman kita bersama. Luka kehilangan sebagai dampak pandemi adalah luka bersama yang juga harus menjadi perhatian bersama. Saat gereja mendoakan pergumulan bangsanya, saat gereja juga melakukan banyak hal untuk bangsanya, saat tangis Indonesia adalah juga tangis gereja, di situlah kita terus berproses menjadikan Indonesia bagian dari kehidupan beriman kita.

 

Pdt. Cordelia Gunawan

Berita Terkait